IFTITAH

Selamat Datang di blog kami. blog ini dibuat sebagai sarana komunikasi sekaligus sarana publikasi artikel-artikel yang disusun oleh pemilik blog ini keberadaan blog ini semoga memberi secercah manfaat. Kedepan pemilik blog akan menggunakan nama pena Dzikri Fi Rabbani

Pulang Mudik

Pulang Mudik
Berfose depan pesawat Lion Air

Rabu, 27 Januari 2010

HIKMAH SHALAT BERJAMA'AH

HIKMAH SHALAT BERJAMAAH[1]

Oleh : Erlan Naofal

Shalat berjama'ah disamping memiliki keutamaan, kelebihan (fadilah) dan keistimewaan (maziyah) bila dibandingkan dengan shalat menyendiri (munfarid) juga mengandung hikmah dan pelajaran (ibrah) bagi orang yang memikirkannya. Dan barangsiapa yang mengetahui hikmah dan keistimewaan tersebut, maka orang tersebut telah diberi karunia yang besar dan termasuk orang yang diberi anugrah keimanan oleh Allah Swt.

Diantara hikmah-hikmah shalat berjama'ah adalah sebagai berikut:

Pertama, berkumpulnya kaum muslimin dalam saf-saf yang teratur di belakang seorang imam (pemimpin). Hal ini mengisyaratkan bahwa kaum muslimin mesti bersatu karena persatuan merupakan sumber kekuatan dan kejayaan.

Kedua, ma'mun harus mengikuti setiap apa yang dilakukan sang imam dan apabila imam lupa atau salah dalam melakukan gerakan shalat, maka ma'mum mesti mengingatkan sang imam dengan membaca subhanallah bagi laki-laki dan ma'mum tidak boleh keluar dari barisan. Hal ini mengajarkan keharusan untuk patuh dan taat kepada pemimpin selama langkah-langkah yang dilakukannya benar. Disamping itu, shalat berjama'ah mengajarkan kemestian adanya kontrol sosial terhadap pemimpin yang salah dan tidak dibenarkan berontak terhadap suatu kepemimpinan. Dan jika imam batal seperti kentut, maka sang imam harus legowo dan mundur dari kepemimpinan shalatnya lalu digantikan oleh orang yang ada dibelakangnya. Hal ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin yang jelas-jelas melanggar hal yang prinsipil yang telah disepakati dan merugikan yang dipimpinnya seperti korupsi, melakukan penghianatan dan lain-lain, maka ia harus legowo mengundurkan diri dari jabatannya.

Ketiga, dalam shalat berjama'ah tidak ada perbedaan status sosial antara orang kaya, yang miskin, rakyat jelata, pejabat, semuanya sama menghadap kearah yang sama, melakukan hal yang sama dan berdiri dalam shaf yang sama. Hal ini mengisyaratkan adanya persamaan derajat dan kedudukan manusia dihadapan Allah SWT. Nilai keutamaan dan kemuliaan seseorang disisi Allah hanya diukur dari tingkat ketaqwaannya sehingga setiap orang mu'min memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk memperoleh keutamaan dan kemuliaan disisi Allah tersebut asalkan dia bertaqwa.

Keempat, shalat berjama'ah menjanjikan kebahagian dan kesuksesan karena ketika waktu shalat tiba, sang muadzdzin menyeru kaum muslimin dengan kalimat:"Hayya 'alasshalat, hayya 'alal falah". Yang mengadung arti wahai hamba-hambaku hendaklah kamu sekalian menuju shalat dan kebahagian. Jika kamu sekalian bersegera menuju shalat dan melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya, maka kamu akan beruntung, bahagia dan sukses meraih apa yang kamu inginkan dan kamu cita-citakan.

Seorang pelayan atau bawahan jika dipanggil atau diperintah oleh tuannya atau atasannya untuk melakukan sesuatu, maka dia akan bergegas dan bersegera melakukan perintah tuannya atau atasannya. tapi mengapa keadaan seorang yang beriman jika dipanggil dan diseru oleh Allah melalui lisan muaddzin itu tidak bersegera dan bergegas memenuhi panggilan agung tersebut. Padahal, dalam kondisi seperti itu memenuhi panggilan adzan tersebut lebih layak didahulukan dari apapun juga. (Sidikalang City, 01 Januari 2010)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar